Wednesday, November 08, 2006

kebenaran yang berbilang

kecoh satu ketika dahulu orang berbicara tentang kebenaran. siang malam, pagi petang!

katanya kebenaran itu hanya ada padanya. sedang orang lain meneriak bahwa mereka pembawa panji al haq!

justeru saat itu semua orang mendengungkan lagu yang sama - hakikat ada di tangan kanan mereka. sedang di tangan kiri menghunus pedang mengacu kepada para penentang.

akhirnya datang segolongan manusia, konon-kononnya mahu kompromi, bersikap tengah antara golongan yang meremehkan dn mempersulitkan. lalu lagu yang berkumamdang dirobah menjadi satu lagu baru - kebenaran itu ada pada semua.

logiknya ialah; setiap manusia itu tidak ma'sum, dan setiap yang difikirkan tidak pasti menepati kebenaran. maka setiap orang bisa di terima dan bisa di tolak. justeru kebenaran itu ada di dalam jamaah Alif, juga ada di dalam kumpulan Ba, juga wujud dalam kesatuan Ta, juga ada di dalam parti Cap Sa dan seterusnya. lalu kita harus mengambil kesemua al haq yang wujud di muka bumi ini. inilah sikap adil dan seimbang! ini kata mereka.

difikirkan; logik juga kata mereka!

coba fikirkan sekali lagi, kalau begitu, apakah kebenaran itu bersifat anti ekslusif, plurelis. lalu agama hindu juga ada benarnya, agama jaina juga ada hakikatnya, shinto, teo, buddha, nasara dan yahudi juga ada benarnya.

dan kenyataan yang terlindung ialah apabila sesuatu itu tidak sempurna kebenarannya, maka wujud sisi-sisi kebatilan di dalamnya. maknanya ialah jasad islam sendiri selain mengandungi al haq, ia juga berisi al batil!

inilah intipati pluralisme ataupun al muwazanah!

fikirkanlah saudara,

- apakah kebenaran ini?

- dengan apa kebenaran itu harus di ukur?

- bagaimana mahu mengukur kebenaran itu?

- apa sikap kita bila dua pandangan yang saling mengguna-nama "kebenaran" muncul?

- bagaimana sikap kita terhadap kebenaran apabila suatu hujjah menang?


inilah yang aku tanyakan kepada seorang rakan yang mengistiharkan dirinya sebagai "golongan tajdid" dan sebagai balasan, dia hanya mengucapkan: "ana tidak tahu dan ana tiada masa untuk itu!".

lelucon tapi inilah yg haq! seorang yang gencar mengajak kepada kebenaran, pertamanya harus mengerti akan hakikat kebenaran itu dan kita juga harus mengetahui neraca yang digunakan untuk mengukur kebenaran, dan kita haruslah ikhlas dalam mencari kebenaran dan bersedia untuk menerika al haq bila ia muncul!

hakikat adalah hakikat, walau apapun ia tetap benar. tuhan akan memenangkannya sekalipun seluruh makhluknya menafikan al haq.

hakikat - kebenaran - al haq - adalah seutu yang tidak melencong, yang tidak berlebihan dan tidak berkurangan, yang menetapi dengn fitrah, yang menengkan dan indah, kebenaran ialah sesuatu yang dimaksudkan oleh sang pencipta dan yang disetujui oleh utusannya. inilah kebenarn yng mutlak. kebalikan dari itu adalah kebatilan.

sesungguhnya kebenaran itu hanya satu, mustahil ia berbilang. yang ujud bila di sebut benar ialah hanya dua warna iaitu hitam dan putih, tiada kelabu, malah kelabu tahi anjing!

contoh; allah adalah rabb dan ilah kita sebagai seorang yng menuruti fitrah, lalu apakah kita boleh terima kenyataan seorang ateis yang mengatakan "manusia dijadikan secara alami" lalu kita menerima kdu-dua kenyataan tersebut. ini satu contoh yang extream. ambil contoh yang agak ringan; batal wudu' bila mengorek hidung atau tidak batal? kalau kita menerima keduanya, maka bukankan setiap kenyataan itu saling bertentangan? justeru yang benar hanya satu, seperti kata Imam Malik: "Kebenaran itu hanya satu, tidak berbilang".

kemudian diketahui juga kebenaran itu hanya ada pada al quran dan as sunnah. dan kemudian kedua sumber ini harus dirujuk kepada historis - bagaimana para sahabat menerima kedua sumber ini memahaminya dan mengamalkannya. inilah 3 sendi kebenaran, iaitu Kalam Allah, Kalam Rasul dan pemahaman para sahabat yang menerima kdua kalam ini secara langsung. aqal bukanlah yang menunjuki al haq, tetapi ia hanya alat untuk membantu memahami. seperti kereta, hanyalah alat dan teknologi untuk menyampaikan kita kepada sesuatu tempat dengan pantas. tanpa kereta, umat zaman dahulu tetap bertebaran di dunia. justeru, akal harus tunduk pada ketiga sendi tadi.

lalu andai datang 2 kenyataan yang saling bertentangan, yang keduanya mengaku benar [malah tiada satupun umat manusia yang akan mengatakan dirinya membawa kebatilan], ambillah keduanya dan timbanglah dengan 3 sendi tadi, menimbang dengan jujur dan ikhlas. bukan menimbang dengan akal kita yang terbatas, juga bukan dengan ucapan para pemuka kita.

sahabatku, ramai manusia yang kencundang di takat ini, takkala ucapan guru mereka bertentangan dengan kenyataan golongan lain, lantas mereka tidak mengambil neraca al haq, tetapi terus menyimpulkan bahawa hujjah penentang adalah batil. begitu mudah! begitu pantas! lalu apakah mereka ini yang akan kita harapkan menjaga al haq?

akhirnya bila kita menimbang dengan neraca bersendi 3 tadi, dan kita menemukan keputusannya, lalu kita harus menerimanya dengan hati terbuka, walaupun hakikat itu menyalahi pandangan kita, walaupun hakikat itu menyalahi fatwa guru kita, walaupun hakikat itu amat perit, ini lah yang diungkapkan dengan sebuah hadith; "katakanlah al haq walaupun pedih"! tetapi betapa ramai yang akan menuruti jalan rasul ini? malah betapa ramai kaum yang mengkibarkan panji "islam" mengenepikan al haq apabila bila mazhab mereka tidak mencocokinya!


saudaraku!

plurelisme a.k.a al muwazanah adalah kebatilan yang diseliputi dengan bermacam kata-kata indah. kebenaran hanyalah satu dan kebenaran itu diukur dengan pengukur yang Rabb turunkan, Neraca 3 Sendi, dan kejujuran serta ikhlas adalah semangat yang harus dikedepankan dalam penyebutan "al haq".

saudaraku!

serulah kalbu-kalbu kalian dan tanyakanlah secara sadar; apakah diri ini mau mencari kebenaran? atau aku sekadar menegakkan pandanganku, bukan mau mencari hakikat yang sebenar.

memang kebenaran itu sulit untuk diterima, malah bertambah sulit lagi andai kebenaran itu menyelisihi pegangan kita. tetapi sadrlah bahawa, kebenaran yang dituju itu lbih utama banding daripada ego dan ta'sub yang kita agungkan!

No comments: