Saturday, February 16, 2008

Para Badut Yang Menari Di Pentas

Memang sudah sampai masanya para badut menari-nari di atas mimbar - pentas yang dibikin khusus untuk berucap. Tapi selalunya tariannya setempat kerna mimbar itu sempit: ukurannya i meter darab 1 meter.

Kadang mereka menari diatas pentas besar sambil dihadiri ribuan manusia yang hatinya resah gelisah - mau sedikit lolucun buat senyuman di bibir kelak.

Makanya setelah sakan mereka membadut, terjadilah kebingungan di otak marga kota, malah merebak ke marga desa. Semuanya sudah pening-peningan - mau ke kiri atau kanan. Mau pergi bulan atau belayar dengan kapal [sekarang sudai pakai penimbang]. Mau melawan orang dengan keris atau dengan kepala kerbau.

Tapi kepeningan dan kebadutan ini selalunya tidak lama. Penyakit ini akan berakhir dalam seminggu sahaja lagi.

Keputusan akhir telah diketahui. Yang akan menang tetap Dacing. Ini tak dipeningkan setelah diamati dan dipikir-pikir dengan waras setelah melihat historis sebelum ini.

Tetapi kita mau ajukan kepada para pejuang neraca; tidak berasa segankah tuan-tuan yang menggunaka segala muslihat untuk hanya sebuah kursi - walaupun tuan-tuan mengetahui bahawa batang tubuh tuan-tuan tak diperlukan lagi?

Dan kita tanyakan kepada yang berseberangan juga: "kalian sudah mengetahui keputusan akhir, dan kalian tetap untuk bertanding. Untuk apa kalian habiskan segala tenaga hanya untuk menumbangkan mereka? Padahal kalian tak berbuat apa2 untuk agama!

Thursday, February 07, 2008

Mengapa Al Ghumari Menghujat Ibn Taimiyyah Al Harrani Dan Mengapa Hizbi Mencela Rabi' Al Madkhali

Saya masih teringat tulisan SS Dr Asri Zainal Abidin, sang Mufti Perlis, ketika dia masih belom bersahabat dengan Dato Sri Shahidan Kasim - dan dia belum lagi mendapat gelar cendiakawan dan ketika dia belum ditunjukkan oleh guru saya sebagai calon mufti.

Tapi ini berlaku setelah dia mendebat habis Astora Jabat di atas pentas PAS.

Ketika itu dia sedang menjawab tuduhan dari ustaz Zamihan Al Ghari yang baru sahaja pulang ke tanah air setelah lama berguru dengan seorang Syeikh Besar Madrasah Asya'irah - Syeikh Ali Hassan As Saqaf.

SS Dr Asri menulis dalam Utusan Malaysia mengatakan bahawa segala kritik dari kaum khalaf dititikkan pada seorang tokoh sahaja iaitu Ibn Taimiyyah. Justeru mengapa hal ini berlaku padahal masih banyak tokoh-tokoh lain yang membongkar kesalahan dan kesesatan setiap paham dalam Islam.

Mereka berkata bahawa Ibn Taimiyyah ini sesat, beraqidah menyeleweng, menyanggahi para imam lain dan berbagai tuduhan palsu lainya.

Sambil mereka mengemukakan hujjah, mereka juga banyak memanipulasikan perasaan umat dengan segala cerita yang menyayat hati, membuai rasa dan menagih simpati.

Jawabannya mudah; kerana Ibn Taimiyyah adalah tokoh yang paling punya kapibiliti dalam merungkai dan membahas setiap dasar ajaran-ajaran tersebut, dan dia merupakan kepala panji dan pengkibar bendera menentang setiap ajaran yang menyeleweng.

Maka, andai Ibn Taimiyyah berjaya dijatuhkan - kalau tak pun berjaya dikurangkap krebilitinya - maka setiap ajaran yang menyeleweng itu akan menjadi "bersih" kembali dari kebobrokan yang telah dibuktikan oleh Ibn Taimiyyah pada pandangan umat yang kurang mengerti.

Bermakna ajaran yang telah dibogelkan itu akan kembali mendapat pakaian dan menutupi kemaluan mereka masing-masing, yang hitam kembali cerah, yang berkulat akan kembali bersih, yang masam akan kembali wangi.

Kerana mereka berfikir begitulah maka setiap tokoh mereka berusaha agar bisa menjatuhkan Ibn Taimiyyah dengan segala macam penipuan, fitnah, putar-belit, dan lulocon. Tetapi Allah itu senantiasa menolong hambanya dan akan senantiasa menegakkan kebenaran walau seluruh manusia menafikannya.

Ibn Taimiyyah masih tetap kokoh malah namanya semakin menjulang bagi para pengkaji dan sebaliknya para penentangnya semakin hina dan terungkap segala kebodohan mereka, walaupun ada antara mereka yang membubuh kalimat "aku lebih alim dari Ibn Katsir 1000 kali" di markas mereka.


Tuan-tuan;

Pemikiran seperti ini memang berlaku malah ia adalah jalan pintas untuk meranapkan sesuatu paham, atau organisasi.

Maka atas dasar seperti itulah juga para pengagung Ikhwanul Muslimin dan para pembangkang kerajaan Malaysia yang solat mereka itu seperti solatnya Nabi, yang wudu'nya juga persisi macam wudu' Nabi, maka mereka berusaha untuk menjatuhkan tokoh pemegang panji "pembersihan" paham-paham yang ada dimasa ini. Lalu yang harus ditikam dengan belati, yang wajib ditelanjangi, yang musti dihina dan kalau boleh disesatkan dan dikapirkan itu ialah 2 orang tokoh; Syeikh Muqbil al Wadi' dari Yamen dan Syeikh Rabi' al Madkhali dari Saudi.

Setelah mereka menyeradi akan 2 orang manusia ini, maka mereka pun menjalankan makar mereka;

pertama - 2 manusia ini harus dikatakan kurang akal - menyatakan bahawa 2 manusia ini adalah orang yang gampang mengeluarkan hukum, yang tak mengerti akan waqi', fatwa mereka menyalahi fatwa para imam yang lainnya, telah banyak para ulama kebenaran memperingatkan mereka dan membantah mereka, fiqh dan pemahaman mereka terlalu sempit

kedua - orang dan jamaah yang dihabisi oleh 2 orang ini adalah dizalimi - mereka memainkan isu simpati dengan menimbulkan sekian banyak persoalan yang menggiring kepada rasa sebak dan pilu; apakah jamaah ini sesat padahal ia banyak manafaatnya? apakah jamaah ini menyeleweng padahal sekian banyak manusia insaf dengannya? apakah jamaah ini silap padahal mereka lah yang memperjuangkan kebenaran sekian lama.

Lalu umat yang tak mengerti ini yang selalunya malas2 untuk berfikir akan tersentuh hatinya dan mengikuti para penfitnah ini dalam melecehkan kebenaran dan menghinakan para ulama panutan. Dan selalunya umat yang bertaqlid ini jumlahnya banyak sehingga kedustaan itu didengung-dengungkan seperti suara kebenaran.

KIta tahu makar ini. Mereka juga tahu hal ini. Dan cendiakawan kita juga tahu. Lalu kita masih menanti penarikan balik tuduhan para hizbi yang telah mereka lemparkan 2 tokoh ini.